Kamis, 29 Desember 2016

HOMEOSTASIS CAIRAN ELEKTROLIT


    HOMEOSTASIS CAIRAN ELEKTROLIT

1. KOMPOSISI DARAH

Darah tersusun atas bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah). Plasma darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Sel darah terdiri atas sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keeping darah (trombosit). 

a.      Plasma darah
      Plasma darah merupakan cairan darah berwarna kekining-kuningan yang mengandung 90% air dan zat-zat terlarut. Plasma darah berfungsi untuk mengatur tekanan osmosis darah, membawa zat-zat makanan ke seluruh tubuh, dan mengangkut zat-zat sisa metabolisme dari jaringan tubuh. Didalam plasma darah terdapat fibrinogen yang berperan dalam proses pembekuan darah. Jika terjadi luka fibrinogen akan membentuk benang-benang fibrin. Benang fibrin akan membentuk jaring seperti jala yang berfungsi untuk menjaring sel darah dan menutup luka. Jika plasma darah dipisahkan dari fibrinogen, akan membentuk cairan berwarna kuning. Cairan ini disebut serum. Serum mengandung antibodi yang berguna untuk membunuh benda asing yang masuk kedalam tubuh.
b.      Sel darah merah (Eritrosit)
      Eritrosit merupakan sel darah yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan leukosit maupun trombosit. Setiap 1mm3 darah mengandung 5-6 juta eritrosit. Eritrosit dibentuk di sumsum tulang. Bentuk eritrosit pipih, tidak berinti, dan cekung pada kedua sisinya (bikonkaf). Eritrosit berwarna merah karena mengandung hemoglobin, yaitu suatu pigmen merah yang mengandung zat besi. Ketika darah melewati paru-paru, oksigen terikat pada hemoglobin. Kemudian eritrosit bergerak ke jaringan tubuh dan melepaskan oksigen yang selanjutnya berdifusi ke dalam sel tubuh. 


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKAvpvBlsgiNsy5BmGkyQ6AoqVybVudOMUBDyX1od0-WckyW_P7ZhbRpp_DEXkxqylqvfmjpsrxGjUHvTHqP0d4WjH7TZ6lJLYELOhZRNs3CVlx8ukCkJ778omLlYq-EnS9Kwo2c5w9UE/s200/red%2520blood%2520cells.jpg

Fungsi dari sel darah merah sendiri yaitu untuk pengangkutan O2 atau CO2 oleh hemoglobin, regulasi tau pengaturan kesimbangan asam dan basa, serta mengkatalis reaksi antara CO2 dan H2O. 
Pengertian eritropoiesis

Eritropoesis adalah proses pembentukan eritrosit (sel darah merah). Pada janin dan bayi proses ini berlangsungdi limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang
Eritropoiesis adalah proses pembentukan eritrosit yang terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrositmatang dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin
Eritropoietinmempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat sel induk membelah diri dan prosespematangan sel menjadi eritrosit. Di samping mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkanpengambilan besi, mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel untukmasuk dalam sirkulasi.

2. PENGERTIAN SISTEM IMUN
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker. Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’ yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubu
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman.” Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
3. ORGAN YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM IMUN
Sistem kekebalan terdiri dari sel-sel dan zat-zat yang bisa larut. Sel-sel utama dari sistem kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makrofag, neutrofil dan limfosit. Zat-zat terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan sitokin. Beberapa zat terlarut bertindak sebagai pembawa pesan (messenger) untuk menarik dan mengaktifkan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor merupakan pusat dari sistem kekebalan yang membantu untuk mengenali benda asing.
  • Makrofag
Makrofag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna mikroba, antigen, dan zat-zat asing lainnya. Antigen adalah setiap zat yang bisa merangsang suatu respon kekebalan; antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun. Sitoplasma makrofag mengandung granula yang berisi enzim dan zat-zat lain yang memungkinkan makrofag mencerna dan menghancurkan mikroba dan zat-zat asing lainnya.
Makrofag tidak ditemukan di dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan dengan aliran darah atau dunia luar. Misalnya makrofag ditemukan di daerah dimana paru-paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati yang berhubungan dengan pembuluh darah.
  • Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang dapat mencerna mikroba dan antigen lainnya. Neutrofil memiliki granula yang mengandung enzim untuk menghancurkan antigen yang makan olehnya. Neutrofil ditemukan di dalam darah dan dapat masuk ke dalam jaringan dengan adanya rangsangan khusus.
Makrofag dan neutrofil seringkali bekerja sama; makrofag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal untuk menarik neutrofil bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. Jika neutrofil telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.
  • Limfosit
Limfosit merupakan sel utama pada sistem getah bening. Limfosit memiliki ukuran yang relatif lebih kecil daripada makrofag dan neutrofil. Neutrofil berumur tidak lebih dari 7-10 hari, tetapi limfosit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.
Limfosit dapat dibagi ke dalam 3 kelompok utama:
  1. Limfosit B berasal dari sel induk (stem cell) di dalam sumsum tulang. Limfosit B dapat tumbuh menjadi sel plasma dan menghasilkan antibodi
  2. Limfosit T terbentuk jika sel induk di sumsum tulang masuk ke kelenjar thymus dan mengalami pembelahan dan pematangan. Di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan benda asing dan yang bukan benda asing. Limfosit T dewasa meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan berfungsi sebagai bagian dari sistem pengawasan kekebalan.
  3. Sel NK (Natural Killer Cell), memiliki ukuran yang agak lebih besar dari limfosit T dan limfosit B. Sel ini dinamakan sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu. Istilah alami (natural) digunakan karena sel-sel ini siap membunuh sel target segera setelah dibentuk, tanpa perlu melewati proses pematangan seperti pada limfosit T dan limfosit B. Sel NK juga menghasilkan beberapa sitokin yang mengatur sebagian fungsi limfosit T, limfosit B dan makrofag.
  • Antibodi
Adanya rangsangan dari suatu antigen membuat limfosit B mengalami pematangan menjadi sel-sel yang menghasilkan antibodi. Antibodi merupakan protein yang dapat bereaksi dengan antigen. Antibodi disebut juga sebagai immunoglobulin. Setiap molekul antibodi memiliki dua bagian, yaitu bagian untuk berikatan dengan antigen dan bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi. Terdapat 5 jenis kelompok antibodi:
  1. Ig Myaitu antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. Contohnya, jika seorang anak menerima vaksinasi tetanus I, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM (respon antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah tetapi dalam keadaan normal tidak ditemukan di dalam organ maupun jaringan.
  2. Ig G merupakan jenis antibodi yang paling umum, yang dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. Contohnya, setelah mendapatkan suntikan tetanus II (booster), maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk antibodi IgG. Respon antibodi sekunder ini lebih cepat dan lebih berlimpah dibandingkan dengan respon antibodi primer. IgG ditemukan di dalam darah dan jaringan. IgG merupakan satu-satunya antibodi yang dapat masuk melalui plasenta dari ibu ke janin di dalam kandungannya. IgG ibu melindungi janin dan bayi baru lahir sampai sistem kekebalan bayi bisa menghasilkan antibodi sendiri.
  3. Ig A adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh terhadp masuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir, yaitu hidung, mata, paru-paru dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, ASI).
  4. Ig E adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera).
    IgE penting dalam melawan infeksi parasit (misalnya river blindness dan skistosomiasis), yang banyak ditemukan di negara berkembang.
  5. Ig D adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
  • Sitem Komplemen
Sistem komplemen mengandung lebih dari 18 macam protein. Protein-protein ini bertindak dalam suatu kaskade, dimana satu protein mengaktifkan protein yang lain dan seterusnya. Sistem komplemen bisa diaktifkan melalui 2 cara :
  1. Jalur alternatif : diaktifkan oleh produk mikroba tertentu atau antigen
  2. Jalur klasik : diaktifkan oleh antibodi khusus yang terikat pada antigen (komplek imun)
Sistem komplemen berfungsi menghancurkan benda asing, baik secara langsung maupun bergabung dengan komponen sistem kekebalan lainnya.
  • Sitokin
Pada sistem kekebalan, sitokin berfungsi sebagai pembawa pesan. Sitokin dihasilkan oleh sel-sel pada sistem kekebalan sebagai respon terhadap perangsangan antigen. Sitokin membantu beberapa aspek sistem kekebalan dan menekan aspek yang lainnya.
Beberapa sitokin bisa diberikan melalui suntikan untuk mengobati penyakit tertentu, misalnya:
interferon alfa, efektif untuk mengobati kanker tertentu (misalnya hairy cell leukemia)
interferon beta, digunakan untuk mengobati multipel sklerosis
interleukin-2 diberikan pada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal
granulocyte colony-stimulating factor merangsang pembentukan neutrofil, diberikan pada penderita kanker yang memiliki sedikit neutrofil sebagai efek samping dari kemoterapi.
  • Kompleks Histokompatibiliti Mayor
Semua sel memiliki molekul pada permukaannya, yang khas untuk setiap individu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor. Melalui molekul ini, tubuh dapat membedakan mana yang merupakan benda asing dan mana yang bukan benda asing.
Terdapat 2 jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor (disebut juga human leukocyte antigens atau HLA):
  1. HLA I ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah
  2. HLA II hanya ditemukan pada permukaan makrofag serta limfosit T dan limfosit B yang telah dirangsang oleh suatu antigen
Saat janin mulai membentuk sistem kekebalan, sel induk (stem cell) berpindah ke kelenjar thymus dan membelah serta berkembang menjadi limfosit T. Ketika berkembang di dalam kelenjar thymus, limfosit T belajar membedakan dirinya dengan yang bukan dirinya (benda asing). Setiap limfosit T yang bereaksi terhadap HLA thymus dimusnahkan. Setiap limfosit T yang memerima HLA thymus dan belajar bekerja sama dengan sel-sel yang mencerminkan HLA tubuh akan mengalami pematangan dan meninggalkan thymus. Hasilnya adalah limfosit T dewasa dapat mengenali dan tidak menyerang sel-sel tubuhnya sendiri dan saat mempertahankan tubuh, limfosit T bisa bekerja sama dengan sel-sel tubuh lainnya.
Kadang limfosit T kehilangan kemampuannya untuk membedakan benda asing dan bukan benda asing. Jika limfosit T tidak dapat mengenali HLAnya sendiri, maka dia akan menyerang tubuhnya sendiri, sehingga terjadi penyakit autoimun (misalnya lupus eritematosus sistemik atau sklerosis multipel).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar