Kamis, 29 Desember 2016

SISTEM PERNAPASAN


SISTEM PERNAPASAN

Pernafasan ( respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2(karbondioksida) sebagai sisab dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menhembuskan disebut ekspirasi.
Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara dan oksigen ditarik dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 akan dikeluarkan dari darah secara osmose. Seterusnya CO2 akan dikeluarkan melalui tractus respiratorius(jalan pernafasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler –kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ken serambi kiri jantung (atrium sinistra) kemudian ke aorta keseluruh tubuh disini terjadi oksidasi sebagai ampas dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung, ke bilik kanan,dan dan dari sini keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan-jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis, dan kulit.


1. Anatomi Sistem Pernafasan


Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya ( pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalamrongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.
A. Hidung = Naso = Nasal


Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang( cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk kedalam lubang hidung.
1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit
2. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.
3. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah:
a) konka nasalis inferior ( karang hidup bagian bawah)
b) konka nasalis media(karang hidung bagian tengah)
c) konka nasalis superior(karang hidung bagian atas).
Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis(lekukan bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut koana.
Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis.
Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius.
Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata disebut tuba lakminaris.


Fungsi hidung, terdiri dari


1. bekerja sebagai saluran udara pernafasan
2. sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
3. dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
4. membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir (mukosa) atau hidung.


 2. Tekak=Faring


Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus.
Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglotis( empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian:
1. bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana yang disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringgofaring.




3. Pangkal Tenggorokan(Laring)


Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.
Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:
1. Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.
2. Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker
3. Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin
4. Kartilago epiglotis (1 buah).
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epiteliumnberlapis. Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan suara seseorang tergsantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada pita suara wanita.


4. Batang Tenggorokan ( Trakea)


Merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia,hanya bergerak kearah luar.
Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.


5.  Cabang Tenggorokan ( Bronkus)


Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus).bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalisini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki: arteri, limfatik dan saraf.
• Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.
• Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis( yang mempunyai kelenjar lendir dan silia)
• Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
• Duktus alveolar dan sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.


6. Alveoli


Merupakan tempat pertukaran oksigen dan karbondioksida. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.
Terdiri atas 3 tipe:
Ø Sel-sel alveolar tipe I : sel epitel yang membentuk dinding alveoli
Ø Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolik dan nensekresikan surfaktan ( suatu fosfolifid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)ahanan
Ø Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.


7.  Paru – paru


Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut. Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh dareah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis, paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya.





8.  pleura


Merupakan lapisan tipisyang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Terbagi menjadi 2:
a. Pleura perietalis yaitu yang melapisi rongga dada
b. Pleura viseralis yaitu yang menyelubungi setiap paru-paru.
Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernafsan. Juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.





FUNGSI SISTEM PERNAPASAN
-          Pertukaran gas( oksigen dan karbonoksida) dialveoli
-          Pergerakan udara menuju dari tempat pertukaran gas
-          Menjaga keseimbangan Ph dalam tubuh
-          Melindungi organ pernapasan bagian dalam dari perubahan lingkungan dan patogn
-          Menghasilkan suara
-          Sebagai reseptor penghidu(pembau)










FISIOLOGI PERNAPASAN
Pernapasan merupakan suatu proses penyediaan oksigen bagi jaringan tubuh dan pembuangan karbon dioksida. Manusia mengatur pernapasan sedemikian rupa menjaga asupan oksigen bagi kebutuhan metabolisme sel. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan suatu proses pengaturan pernapasan yang adekuat. Pernapasan secara garis besar memiliki 4 fungsi utama yakni (1) ventilasi paru, (2) difusi oksigen dan karbon dioksida, (3) perfusi (4) dan transportasi.
Ventilasi paru
Udara di lingkungan sekitar dapat masuk ke dalam tubuh manusia akibat perbedaan tekanan antara tekanan atmosfer dan tekanan intra toraks. Prinsipnya udara akan berpindah dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Untuk mencapai tujuan ini, tubuh melakukan suatu mekanisme yang menciptakan perbedaan tekanan tersebut berupa inspirasi dan ekspirasi atau dengan cara mengembang kempiskan paru. Pengembangan dan pengempisan paru diatur oleh kontraksi dan relaksasi diafragma serta otot-otot pernapasan. Tujuan dari kedua mekanisme tersebut adalah perubahan volume paru karena volume berbanding terbalik dengan tekanan. Kontraksi diafragma menyebabkan tertariknya paru ke arah bawah. Otot-otot inspirasi mengangkat tulang iga sehingga sternum maju ke arah anterior. Hal ini menyebabkan volume paru meningkat dan menghasilkan penurunan tekanan yang lebih negatif di paru dibandingkan dengan tekanan atmosfer sehingga udara masuk ke dalam paru. Sebaliknya, relaksasi diafragma akan memperkecil rongga dada. Kontraksi otot-otot pernapasan akan menarik iga ke arah bawah menyebabkan tekanan yang lebih positif dibanding tekanan atmosfer sehingga terjadi ekspirasi. Otot inspirasi yang utama adalah otot interkostalis eksterna dibantu oleh otot sternokleidomastoideus, serratus anterior, dan skalenus. Otot yang bertanggung jawab saat ekspirasi adalah otot retus abdominis dan interkostalis internus.
Paru merupakan organ yang elastis dan mengapung dalam rongga dada. Paru dilapisi cairan pleura yang berfungsi proteksi sekaligus pelumas agar paru dapat bergerak bebas. Di dalam cairan pleura terbentuk suatu tekanan negatif sebesar – 5 cmH2O sesaat sebelum inspirasi. Tekanan ini disebut dengan tekanan pleura yaitu tekanan dalam suatu ruang anatar pleura paru dan pleura rongga dada. Ketika inspirasi, tekanan menjadi semakin negatif sekitar – 7.2 cmH2O. Kemudian saat ekspirasi terjadi sebaliknya, dari tekanan – 7.2 cmH2O menjadi – 5 cmH2O. Ketika glotis terbuka dan sesaat sebelum inspirasi, tekanan dalam alveolus sama dengan tekanan atmosfer yaitu 760 cmH2O. Namun ketika inspirasi berlangsung tekanan alveoli menjadi 1 cmH2O lebih negatif dari tekanan atmosfer yang diakibatkan pengembangan rongga toraks. Penurunan tekanan di dalam rongga toraks memungkinkan udara masuk paru sebanding dengan 500 cc udara. Pada saat ekspirasi, tekanan alveolus menjadi lebih positif sehingga udara keluar paru.
Sistem saraf mengatur kecepatan ventilasi sesuai kebutuhan tubuh. Tujuan akhir pernapasan adalah mempertahankan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen yang sesuai dalam jaringan. Pusat pernapasan terletak di medula oblongata yang bertugas mengatur inspirasi dan ekspirasi juga pusat pneumotaksik di superior pons yang mengatur kecepatan dan ventilasi. Peningkatan konsentrasi CO2 dan H+ langsung memengaruhi pusat pernapasan yang selanjutnya sinyal akan diteruskan melalui jaras motorik ke diafragma dan otot-otot pernapasan. Oksigen lebih berpengaruh pada kemoreseptor perifer yang terletak di badan karotis dan aorta. Ketika terjadi peningktan pH atau pCO2, kemosensitif sentral dan perifer terstimulus mengirim sinyal ke pusat pernapasan yang selanjutnya impuls diteruskan ke diafragma dan otot pernapasan meningkatkan frekuensi pernapasan atau hiperventilasi melalui N IX dan NX sampai konsentrasi CO2 dan H+ mencapai normal. Pada keadaan pCO2 rendah, frekuensi napas diturunkan sehingga konsentrasi CO2 meningkat sampai mencapai konsentrasi normal. Oksigen tidak memengaruhi secara langsung pusat pernapasan. Oksigen lebih berperan dalam perangsangan kemoreseptor perifer yang sebagian besar berada di badan karotis dan sedikit di badan aorta. Kemoreseptor perifer juga terleta di arteri regio toraks dan abdomen dengan jumlah yang sedikit. Impuls diteruskan melalui nervus glosofaringeus dari badan karotis, sedangkan impuls yang berasal dari badan aorta akan diteruskan melalui nervus vagus. Kedua impuls akan menuju pusat pernapasan di dorsal medula. Setiap saat kemoreseptor perifer ini terpajan dengan darah arteri.
Selama inspirasi normal laki-laki dewasa penurunan tekanan alveolus sebesar 1 cmH2O akan memasukan lebih kurang 500 cc udara dan bila tidak terdapat kebocoran di sirkuit ventilasi udara akan dikeluarkan dalam jumlah yang sama saat ekspirasi. Volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal disebut dengan volume tidal (VT). Volume tidal dalam satu menit disebut dengan volume pernapasan semenit (MV). Jumlahnya dipengaruhi oleh frekuensi napas. Pada orang normal frekuensi napas sekitar 12 kali/menit. Artinya volume pernapasan semenit pada orang normal sekitar 6 L. Volume tidal yang diinspirasi tidak sepenuhnya berdifusi dikarenakan adanya ruang rugi sepanjang sirkuit ventilasi. Volume ruang rugi pada laki-laki dewasa muda kira-kira sebanyak 150 cc dan akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Terdapat 2 jenis ruang rugi yaitu ruang rugi anatomis dan ruang rugi fisiologis. Ketika inspirasi sebagian udara terjebak dalam sirkuit ventilator yang tidak melakukan proses difusi. Artinya pada ruang rugi anatomis tidak melibatkan bronkus terminalis dan alveoli. Namun terkadang sebagian alveoli tidak dapat melakukan fungsinya dalam hal difusi secara normal. Dengan demikian, seluruh udara dari hidung sampai alveolus yang tidak berdifusi dikatakan ruang rugi fisiologis.
Saluran pernapasan harus tetap dipertahankan terbuka agar dapat mencukupi volume tidal yang adekuat. Pada keadaan tertetu seperti asma terjadi konstriksi jalan napas. Hal ini tentu dapat meningkatkan resistensi terhadap aliran udara. Peningkatan resistensi jalan napas akan mengurangi volume tidal sehingga kerja paru akan semakin berat untuk mengkompensasi kebutuhan volume tidal. Pada bronkus didapatkan resistensi jalan napas yang lebih besar dibandingkan bronkiolus karena jumlahnya sedikit dan dialiri banyak udara. Sedangkan pada bronkiolus jumlahnya banyak dan bersifat paralel serta dialiri sedikit udara. Penyebab peningkatan resistensi saluran napas bisa terjadi akibat konstriksi jalan napas, edema, maupun terdapatnya mukus dalam lumen.
Besarnya volume tidal juga dipengaruhi oleh komplians paru. Komplians paru merupakan kemampuan paru untuk mengembang. Komplians paru yang tinggi menunjukkan paru dapat dengan mudah mengembang. Komplians paru pada orang normal berkisar 130 cmH2O pada tekanan transpulmonal sebesar 1cmH2O. Pada inspirasi normal, terdapat tekanan negatif di paru agar udara dapat masuk. Selama inspirasi tentu harus terdapat gradien tekanan sepanjang saluran napas, yakni tekanan lebih tinggi di proksimal jalan napas dibandingkan tekanan alveolar. Gradien tekanan tersebut akan menyebabkan udara bergerak dari proksimal masuk ke dalam alveoli. Hal ini disebut dengan komplians dinamis. Volume udara yang masuk akibat perbedaan tekanan dapat menurun jika resistensi jalan napas meningkat. Perubahan volume udara di dalam paru dengan tekanan tetap disebut dengan komplians statis. Komplians yang meningkat dapat menyebabkan kerja paru semakin berat karena saat ekspirasi dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mengeluarkan udara. Sedangkan paru dengan komplians yang rendah membutuhkan tekanan inpirasi yang lebih tinggi. Komplians yang rendah dapat terjadi pada pasien dengan edema paru peningkatan sekret dalam alveolus, fibrosis paru, atau pneumotoraks.
Difusi
Setelah udara yang mengandung oksigen sampai di alveolus melalui ventilasi, oksigen selanjutnya akan berdifusi ke dalam kapiler paru. Sebaliknya karbon dioksida akan berdifusi dari kapiler ke alveolus. Difusi sendiri mengandung pengertian pergerakan molekul secara acak dari tekanan dan konsentrasi tinggi ke tekanan dan konsentrasi rendah. Tekanan gas yang terbentuk di dalam alveolus merupakan tekanan yang tercipta akibat benturan antara molekul gas dengan dinding alveolus. Hal ini menunjukkan bahwa gas dengan tekanan yang tinggi memiliki konsentrasi molekul yang tinggi pula. Di dalam udara terdapat berbagai jenis gas seperti nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida yang memiliki tekanan parsial terhadap tekanan total dari seluruh komposisi gas. Tekanan parsial juga dipengaruhi oleh sifat kelarutan gas. Misalnya karbon dioksida memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibanding oksigen, nitrogen, ataupun dengan gas monoksida. Dengan tekanan parsial yang rendah, karbon dioksida mudah tertarik pada air sehingga kecepatan difusinya lebih cepat. Manusia memiliki sekitar 300 juta alveoli dengan ukuran 0.2 milimeter yang dikelilingi kapiler paru yang padat. Oksigen dan karbon dioksida berdifusi melewati dinding alveolus menuju kapiler paru melewati membran pernapasan yang tebalnya hanya 0.2 mikrometer. Bila kita rentangkan membran pernapasan ini bisa mencapai luas 70 meter persegi. Hal ini dapat menjelaskan kenapa difusi oksigen ataupun karbon dioksida dapat terjadi dengan sangat cepat. Bila membran pernapasan menebal seperti edema di ruang interstisial atau cairan dalam alveoli maupun fibrosis maka proses difusi pun akan berjalan lebih lambat karena gas harus melalui cairan tersebut.
Perfusi
Pada keadaan normal, ventilasi akan berjalan sama besar untuk setiap alveolus dan aliran darah dalam kapiler juga sama. Pada keadaan tertentu seperti penyakit paru, ventilasi bisa berjalan dengan adekuat hanya pada sebagian alveoli dengan aliran darah yang normal di kapiler paru. Walaupun aliran darah di seluruh kapiler paru bagus, tidak terjadi pertukaran gas karena tidak ada ventilasi pada bagian alveoli lain. Sebaliknya dapat terjadi ketika ventilasi paru berjalan dengan adekuat di semua alveoli namun tidak ada kapiler yang tidak berjalan dengan lancar. Hasilnya akan sama yaitu tidak adanya pertukaran gas. Oleh karena itu keseimbangan pertukaran gas dapat dipantau melalui rasio antara ventilasi (V) dan perfusi (Q). Pada keadaan normal, rasio V/Q dapat mencapai nilai 1 atau mendekati. Artinya ventilasi dan perfusi berjalan dengan baik dan optimal. Bandingkan bila tidak ada ventilasi tapi perfusi masih baik. Kita anggap nilai V sama dengan 0. Hasilnya rasio V/Q akan nol. Bila ventilasi baik, tapi tidak terjadi perfusi rasio V/Q menjadi tak terhingga. Kondisi V/Q 0 atau tak terhingga menunjukkan tidak terjadinya pertukaran gas. Rasio V/Q tak terhingga dapat terjadi pada emboli paru, konstriksi kapiler, syok. Sedangkan nilai V/Q = 0 dapat terjadi pasien dengan spasme bronkus, hipoperfusi, atau kegagalan otot pernapasan.
Transportasi
Setelah berdifusi dari alveolus ke dalam kapiler paru oksigen selanjutnya akan diangkut hemoglobin dan diedarkan ke jaringan untuk dimetabolisme. Sekitar 97% oksigen diangkut hemoglobin dan sisanya terlarut dalam plasma. Oksigen akan mudah terikat dengan hemoglobin ketika pO2 tinggi, sebaliknya bila pO2 rendah oksigen akan mudah dilepaskan. Hal ini menjelaskan bahwa di kapiler paru oksigen yang berdifusi dari alveolus menyebabkan pO2 tinggi memudahkan hemoglobin mengikat oksigen. Di jaringan nila pO2 rendah memungkinkan oksigen untuk diepaskan. Selanjutnya oksigen dimetabolisme dan menghasilkan CO2. Karbon dioksida terbentuk sehingga meningkatkan pCO2. Dengan konsep yang sama, CO2 akan diangkut oleh hemoglobin dan dilepaskan di tempat dengan pCO2 rendah yakni paru. Ketika pO2 meningkat, terjadi peningkatan persentase hemoglobin yang terikat dengan oksigen. Hal ini dinamakan saturasi oksigen. Darah mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam 100 cc darah. Satu gram hemoglobin dapat mengikat 1.34 cc oksigen. Dengan kata lain, bila saturasi oksigen 100% maka hampir 20 cc oksigen terikat pada 15 gram hemoglobin dalam 100 cc darah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar