SISTEM
REPRODUKSI TERKAIT MEKANISME LAKTASI
1.
SIKLUS MENSTRUASI DAN KEHAMILAN
Mulai
terjadi pada awal pubertas sekitar 11-15 tahun. Dipengaruhi oleh hormon FSH,
LH, Estrogen dan progesteron. Yang terdiri dari 4 fase
:
Fase Menstruasi
Dikendalikan
oleh estrogen dan progesteron pada lima hari pertama,
kedua hormon tersebut berkurang secara drastis sehingga menyeebabkan sel telur
terlepas dari dinding uterus (endometrium
uterus). Lepasnya sel telur menyebabkan endometrium sobek sehingga dindingnya menjadi tipis.
Pra- Ovulasi
Hormon
yang berperan adalah FSH dan LH yang merangsang sel-sel folikel untuk
melepaskan estrogen dan progesteron. Akibatnya, endometrium
kembali menebal.
Fase-Ovulasi
Tingginya
kadar estrogen menyebabkan
terlambatnya produksi hormon oleh hifofisis sehingga produksi FSH terhambat.
Terhambatnya produksi ini justru memicu dihasilkannya LH yang menyebabkan
lepasnya sel telur dari folikel. Lepasnya sel telur dinamakan ovulasi yang
biasa terjadi 2 minggu setelah menstruasi. Folikel akan mengerut dan berubah
menjadi korpus luteum.
Fase Pasca-Ovulasi
Masa
antara fase ovulasi dan menstruasi berikutnya sehingga fase ini terjadi pada
hari ke-15 (1 hari setelah ovulasi) sampai hari ke-28 saat menstruasi tiba.
Pada fase ini LH akan merangsang korpus
luteum untuk menghasilkan estrogen
dan progesteron. Jika terjadi
pembuahan, korpus luteum akan
luruh dan berubah menjadi korpus
albikans. Akibatnya, kadar estrogen
dan progesteron menurun. Hal
ini mengakibatkan produksi FSH dan LH meningkat hingga siklus akan kembali ke
fase menstruasi.
Dimulai
dari pembuahan (fertilisasi)
yang menghasilkan zigot (zn) yang dihasilkan mengalami
beberapa kali pembelahan smabil menuju ke arah rahim hingga tahap morula akan
terus bergerak dan membelah sampai terbentuk rongga (blastosul) dan embrio tertanam di dinding uterus (implantasi) pada minggu kedua
tersebut.
Minggu
ketiga, blastula akan berkembang membentuk 3 lapisan, lapisan luar (ektoderm) lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm) disebut glanula.
Minggu
keempat sampai ke minggu ke delapan, terjadi pembentukan organ (organogenesis)
dari ketiga lapisan.
Lapisan
luar (ektoderm) akan membentuk
saraf, mata, kulit dan hidung.
Lapisan
tengah (mesoderm) akan
membentuk tulang, otot, jantung, pembuluh darah, ginjal, limfa, dan kelamin.
Lapisan
dalam (endoderm) akan membentuk
organ-organ yang berhubungan langsung dengan sistem pencernaan dan pernapasan.
Minggu
ke sembilan, terjadi penyempurnaan berbagai organ dan pertumbuhan tulang yang
pesat. Masa ini disebut masa janin/masa fetus.
Embrio
yang terbenam dalam uterus menyebabkan kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus
memproduksi estrogen. Hormon
ini akan merangsang pembentukan LH yang akan menyebabkan korpus luteum
membentuk progesteron. E dan P
memelihara janin. Selama progesteron
dibentuk, menstruasi tidak terjadi.
Pada
masa kehamilan 3-4 bulan, korpus
luteum mengalami kemunduran sekresi progesteron dan estrogen
diganti oleh plasenta yang akan menutupi sebagian besar uterus. Embrio menerima
makanan dan oksigen serta mengeluarkan bahan-bahan buangan CO2
melaui plasenta. Plasenta juga akan menghasilkan hormon relaksin yang berfungsi
untuk memperlentur simfisis pulis dan organ lain di daerah tersebut sehingga
mempermudah kelahiran.
Pada
tahap ini hormon yang berpengaruh adalah relaksin, oksitosin, estrogen,
dan prostaglandin. Dua hormon pertama berfungsi untuk kontraksi uterus.
Oksitosin berfungsi merangsang dilepasnya hormon proklaktin yang
berpengaruh terhadap kelenjar air susu. Dua hormon terakhir berfungsi
mengurangi pengaruh hormon progesteron yang dapat menghambat kontraksi
uterus.
Embrio diseliputi 3 lapisan :
Amnion, berisi cairan yang berfungsi
melindungi embrio dari benturan.
Khorion, merupakan bagian dari plasenta yang
merupakan tempat pertukaran zat-zat antara embrio dan ibu. Khorion dan endometrium akan membentuk plasenta.
Pada
saat kelahiran, amnion pecah
dan cairan isinya keluar. Kontraksi otot uterus
semakin cepat, hal ini menyebabkan bayi yang masih berhubungan dengan plasenta,
terdorong keluar melewati vagina. Kontraksi uterus masih berlanjut sampai plasenta terperas keluar. Setelah
melahirkan, prolaktin
menyebabkan keluarnya AS. Estrogen
dan progesteron juga
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar susu menghasilkan air susu.
2. MEKANISME
LAKTASI (MENYESUI)
Mekanisme
laktasi atau menyusui dipengaruhi oleh tiga refleks maternal yang utama yaitu :
Prolaktin, ereksi nipple dan refleks let down (Bobak, 2000)
1.
Prolaktin
Prolaktin
ialah suatu hormon peptide yang diproduksi oleh pituitari anterior. Prolaktin
merupakan hormon kunci untuk menginisiasi dan mempertahankan sekresi ASI.
Adanya reseptor pada puting susu, apabila dirangsang dengan isapan bayi akan
menimbulkan impuls yang dikirim ke nervus vagus dan dilanjutkan ke hypotalamus.
Hipotalamus merangsang pituitari anterior untuk mengeluarkan prolaktin yang
menyebabkan produksi ASI oleh alveoli mammae (Bobak, 2000). Kadar prolaktin
pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai
penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin
walaupun ada isapan bayi, namun pengeluaran ASI tetap berlangsung.
2. Ereksi Nipple
Stimulus pada puting susu yang disebabkan oleh
isapan mulut bayi menimbulkan ereksi nipple. Stimulus membuat puting susu lebih
menonjol. Refleks ereksi nipple membantu dalam propulsion (dorongan) air susu
keluar melalui sinus-sinus laktiferus kearah lubang puting susu.
3.
Let Down
Pancaran
air susu dari alveoli dan aliran air susu terjadi sebagai hasil pancaran air
susu atau disebut refleks let down. Timbulnya stimulus isapan pada hipothalamus
akan meningkatkan pengeluaran oksitosin dari pituitari posterior. Kontraksi
dari sel-sel muscleike (seperti otot) ini menyebabkan air susu terdorong
melalui sistem saluran dan masuk ke sinus-sinus laktiferus dan memungkinkan
bayi untuk menyusui.
Tanda keberhasilan let down gampang dikenal dengan pemberian ASI. Refleks let down adalah karakteristik dengan adanya perasaan sensasi yang menimbulkan perasaan adanya tarikan atau memeras dari dalam. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah jika ibu melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sebaliknya faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung (pikiran kacau, takut, cemas). Keadaan emosi dan psikologik ibu mempengaruhi sikap ibu dalam menyusui.
Tanda keberhasilan let down gampang dikenal dengan pemberian ASI. Refleks let down adalah karakteristik dengan adanya perasaan sensasi yang menimbulkan perasaan adanya tarikan atau memeras dari dalam. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah jika ibu melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sebaliknya faktor-faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stres, seperti keadaan bingung (pikiran kacau, takut, cemas). Keadaan emosi dan psikologik ibu mempengaruhi sikap ibu dalam menyusui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar